"Duh, susahnya nyari orang yang "klik" ama kita ya?"
"Kepribadian itu ya, punya rumah pribadi, mobil pribadi, sopir pribadi…"
"Duh kamu ini, kok plinplan sih kayak gak punya kepribadian aja"
Istilah kepribadian cukup familiar ditelinga kita, bahkan ungkapan-ungkapan diatas seringkali terdengar dan seakan-akan sudah dapat menjelaskan apa itu kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangat berpengaruh bagi perilaku dan interaksi orang tersebut dalam berbagai situasi, termasuk didalamnya adalah di tempat kerja. Mencari orang untuk posisi yang lowong, berinteraksi dengan rekan kerja yang "nyebelin", susah memahami karakter rekan kerja sering kali dikaitkan dengan istilah kepribadian. Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang apa itu kepribadian serta apa manfaatnya di tempat kerja, termasuk juga bagaimana menyikapinya.
Kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin yaitu persona yang artinya adalah topeng, yang seringkali dikaitkan bahwa kalau kita bicara kepribadian itu artinya topeng mana yang ingin tunjukkan ke orang lain.
Feist dan Feist (2008) menjelaskan bahwa kepribadian adalah pola sifat yang relatif permanen dan karakter yang unik dari individu yang berkontribusi terhadap konsistensi dan individualitas dari perilaku. Artinya disini, adalah bahwa kepribadian menjadi dasar dari perilaku individu yang berbeda-beda didasarkan pada sifat dan karakteristiknya.
Selanjutnya, menurut Schultz (2005) menyebutkan bahwa kepribadian adalah aspek internal dan eksternal dari individu yang menjadikannya karakteristik yang relatif menetap pada individu dan juga unik, yang mempengaruhi perilaku individu tersebut. Menariknya, Schultz menambahkan aspek internal dan eksternal artinya bahwa kepribadian juga akan dipengaruhi oleh lingkungan serta juga aspek genetis, sehingga walaupun kedua penjelasan menyebutkan bahwa kepribadian bersifat permanen atau menetap akan tetapi kepribadian juga memiliki ciri dinamis, karena dipengaruhi oleh perkembangan individu tersebut (Cloninger, 2004).
Kepribadian dibicarakan dalam berbagai perspektif dan pendekatan, beberapa pendekatan mencoba untuk menjelaskan kepribadian lebih komprehensif. Terdapat lima perspektif yang mendasar dalam menjelaskan kepribadian yaitu:
1. Temperamen
2. Psikodinamika
3. Sifat
4. Behavioristik
5. Humanistik
Saya, akan mencoba menjelaskannya satu persatu dan beberapa penerapannya yang seringkali kita jumpai saat ini.
Temperamen, atau yang biasa dikenal dengan empat temperamen dianggap sebagai salah satu sistem profil kepribadian yang paling tua. Intinya, pendekatan ini menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian karakter fisik seseorang juga akan mempengaruhi karakter atau watak orang tersebut. Anda akan sangat familiar dengan istilah Phlegmatic, Sanguine, Melancolic dan Choleric, yaitu sistem profil kepribadian yang disampaikan oleh Galen (190AD). Nah, keempat tipe kepribadian tersebut merupakan penerapan dari tipologi temperamen. Menariknya, perspektif temperamen inilah yang menjadi dasar perkembangan dari perspektif-perspektif lainnya dalam memandang kepribadian manusia.
Psikoanalisis, perspektif ini cukup popular dalam memandang kepribadian. Intinya adalah kepribadian kita dibentuk dan diatur oleh dorongan-dorongan dari alam bawah sadar kita, dorongan biologis, agresi dan seksualitas, serta konflik-konflik yang belum terselesaikan pada perkembangan kita di masa kecil. Contohnya adalah tidak terpenuhinya fase oral atau anal kita, itu akan mempengaruhi bagaimana karakteristik kita. Perspektif ini mendapat kritik dari sesamanya, yang lebih dikenal dengan neo psikoanalisis, yang menekankan pada ketidaksetujuannya dalam memandang manusia hanya dari dorongan-dorongan seksualitas dan agresi, akan tetapi lebih optimis dalam memandang manusia. Kedua perspektif ini lebih dikenal juga dengan sebutan perspektif psikodinamika. Mungkin Anda sudah sering mendengar tipologi MBTI (Myers-Briggs Type Indicator), tentang ekstrovert-introvert, sensing-intuitive, thinking-feeling dan judging-perceiving atau pengklasifikasian dengan singkatan ENTJ, ENTP, INFP dan seterusnya, atau juga mungkin anda sudah sangat familiar dengan DISC (Dominant, Influence, Steadiness dan Compliant). Nah, dasar teorinya didapatkan dari teori neopsikoanalisis milik Carl G. Jung yang memandang kepribadian dalam perspektif psikodinamika ini.
Mungkin Anda seringkali melekatkan kepribadian dengan sifat atau karakter seseorang, seperti "Joko itu kok pinter banget", "Eh.. kamu ternyata rame juga ya orangnya, selama ini kirain pendiem", "Aduh, si bos X nih pelit banget orangnya". Perspektif Sifat atau Traits ini menjawab pertanyaan dasar tentang kepribadian, yaitu bagaimana kita mencoba mendeskripsikan kepribadian seseorang, yaitu melalui label atau penamaan yang membedakan antara individu satu dengan yang lainnya. Salah satu sistem pengklasifikasian yang cukup popular dari perspektif ini adalah the big five personality yang disampaikan oleh McRae dan Costa (1987), yang terdiri dari Extraversion, Neuroticism, Openness to Experience, Agreeableness, dan Conscientiousness. (Detail dari pengklasifikasian ini akan dijelaskan pada tulisan yang berbeda)
Selanjutnya adalah perspektif behaviorism, perspektif ini menekankan pada kepribadian merupakan hasil dari proses belajar individu. Behaviorism menolak bahwa kepribadian lebih bersifat genetis atau fisioligis, akan tetapi merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan memberikan stimuli terhadap individu, yang pada akhirnya menjadi pola perilaku yang menetap.
Berikutnya adalah perspektif humanistik, perspektif ini menganggap bahwa kepribadian tidak dapat dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang beranggapan bahwa manusia itu cenderung agresif ataupun juga sangat dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya. Pun tidak setuju dengan pendapat behavioristic yang melihat manusia terlalu mekanis seperti kelinci percobaan dalam laboratorium. Pendekatan humanistik menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan keinginan manusia menjadi dasar utama dalam memandang kepribadian. Anda pasti sudah sering mendengar istilah "hirarki kebutuhan maslow" yang menyebutkan bahwa diujung kebutuhan manusia yang paling penting adalah aktualisasi diri, nah Maslow mendasarkan teori kebutuhannya dari perspektif humanistik ini.
Sampai disini, setidaknya kita dapat memahami apa itu kepribadian, walaupun agak njelimet tapi setidaknya satu hal yang perlu ditekankan bahwa kepribadian akan mempengaruhi individu dalam berperilaku/ bertindak dalam berbagai situasi, termasuk didalamnya adalah situasi kerja. Pertanyaan berikutnya, apa manfaat dari kepribadian ditempat kerja?, well, setidaknya ada beberapa hal yang mungkin bisa jadi alasan mengapa kita perlu memahami kepribadian di tempat kerja.
-
Alasan utama adalah untuk memahami diri sendiri dulu, bagaimana kita bisa mencari orang yang cocok kerja dengan kita, tapi ternyata kita sendiri gak tau kayak apa diri kita ini. Dengan memahami kepribadian kita, maka kita bisa menyesuaikan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
-
Dari sisi perusahaan, alasannya adalah untuk mencari orang yang bisa "klik" dengan perusahaannya. Mencari orang yang pintar itu gampang, tapi mencari orang yang yang sesuai dengan perusahaan secara nilai, selera humor, cara kerja dan komunikasi yang enak, itu bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, kita perlu memahami kepribadian dan karakteristik-karakteristik orang tersebut.
-
Alasan berikutnya adalah dengan memahami kepribadian kita dapat lebih efektif dan sehat dapat menjalin relasi dengan orang lain. Kalau kita tahu karakteristik orang tersebut setidaknya kita tidak tersinggung kalau ternyata respon yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa manfaat dari memahami kepribadian di tempat kerja antara lain,
-
Dapat mengenali dan mengembangkan diri sendiri
-
Dapat memotivasi rekan kerja dalam bekerja
-
Dapat lebih menghargai dan perhatian pada rekan kerja.
-
Dapat berinteraksi dengan lebih efektif.
Demikian tulisan singkat tentang kepribadian, berikutnya pada tulisan-tulisan yang lain akan coba dijelaskan masing-masing perspektif dan berbagai penggambaran profil kepribadian yang khas dari perspektif tersebut.
sumber : Media Bisnis Online Indonesia
Baca selengkapnya di --> Memahami Kepribadian dalam Berbagai Perspektif
Share Artikel ini! »»
|
|
Tweet |
0 comments:
Post a Comment