Friday, 6 December 2013

Rahmat Gustomy dan Devini Fera adalah pasangan suami istri pemilik gerai fashion online Butik Naya. Kepada tim Mebiso, di suatu kesempatan, Rahmat Gustomy menjelaskan tentang pentingnya membangun sebuah sistem bagi perjalanan sebuah toko online. Mindset inilah yang menurut kami perlu banyak dipelajari oleh para pebisnis online lainnya agar perjalanan karir Anda bisa jadi jauh lebih sustain. Seperti apa?

Halo pak Rahmat, bisa diceritakan latar belakang pendidikan Anda?

Saya dan istri saya adalah lulusan S1 ilmu pemerintahan.

Bagaimana awalnya ketika anda masuk ke dunia enterpreneur?

Yang handle operasional Butiknaya.com adalah istri saya. Pendiriannya diawali sekitar 4 sampai 5 tahun yang lalu ketika istri saya hamil. Saat itu melamar jadi PNS susah sekali. Maka dari sini kami mulai ambil inisiatif untuk berbisnis online dan alhamdulillah sampai sekarang bisa berkembang. Istri saya sekarang sudah total di sini, beliau sudah nggak tertarik jadi PNS lagi karena suaminya sudah PNS. Bahkan income yang dihasilkan istri saya bisa lebih besar daripada seorang PNS.

Ceritakan tentang Butik Naya, jenis produk apa yang anda tawarkan?

Butik Naya bergerak di penjualan baju muslim branded. Awalnya hanya dimulai dari brand Zoya. Kemudian sekarang sudah berkembang dengan bertambahnya brand seperti El Zatta, Rabbani.

Bagaimana anda dan istri memulai Butiknaya, sudah sejak kapan berdirinya?

Butiknaya.com sudah berdiri sejak tahun 2008. Kita mengawali Butiknaya.com dari Facebook sekitar 1-2 tahun yang lalu. Kemudian punya website, dan sekarang pakai teknologi SMS center. Sejak di awal pendirian, sebisa mungkin kita selesaikan semua urusan administrasi seperti perijinan dan pajak.

Apa suka duka yang anda rasakan selama menjalankan bisnis ini?

Prosesnya yang naik turun. Menjalankan sebuah bisnis seperti mengikuti versi sebuah software. Ada Sandwich, Ginger Bread, Jelly Bean, Kit Kat. Seri pertama Butik Naya dihandle secara personal oleh istri saya sekitar 1 tahun, modal kita dimulai dari kecil-kecilan, sekitar 2 juta perbulan. Kemudian tahun kedua kami ada tambahan 1 karyawan. Dan berkembang lagi dengan menambah 1 karyawan lagi. Saat itu kami sudah bisa menyewa sebuah toko kecil. Namun setelah banyak pertimbangan, kita memutuskan murni online.

Kenapa ditutup pak, apa pertimbangan anda saat itu? Mohon maaf saya agak kritis soal ini karena saya pribadi menganggap bahwa kesuksesan toko online masih diukur dengan adanya toko fisik.

Dulu saya juga membayangkan kalau kita harus offline. Nyatanya, setelah dianalisis melalui pengalaman, potensi dunia online jauh lebih bagus dari offlline. Artinya, membuat customer puas jauh lebih efektif timbang cara konvensional. Ketika kita punya toko kecil, 3 bulan pertama banyak muncul masalah. Salah satunya adalah toko online yang terbengkalai. Maka ruko ditutup, kita jadikan sebagai kantor saja (office offline). Saat ini kita sudah punya 2 office offline di 2 tempat yang berbeda. Pertama Malang yang khusus mengurus maintenance mengenai pelayanan dan sebagainya, dan Kedua Solo untuk warehouse, dokumentasi, dan shipping. Biaya shipping dari Solo lebih murah daripada di Malang karena lokasi Solo yang strategis.

Bagaimana anda menyeimbangkan dinamika kerja ketika kantor anda berada di 2 tempat sekaligus?

Saya menjalankan operasional dari Malang, karena saya PNS di area Malang, dan domisili kami ada di Malang. Komunikasi kita jalankan sepenuhnya secara online. Kita sediakan seperangkat sistem long distance management. Itu tadi kenapa kita tidak mau offline. Kita ingin fokus dalam pengembangan sistem.

Dari mana anda mempelajari pengetahuan seperti ini?

Kami belajar banyak dari Zappos. Ada banyak hal yang bisa kita ambil dari pengalaman mereka, seperti tentang sistem maintenance jarak jauh dan pengalaman mereka membangun sistem daripada beli toko. Hal inilah yang saat ini sedang difokuskan Butik Naya.

Sejak tadi saya mendengar tentang fokus dalam pengembangan sistem. Kalau terlalu fokus di sini, bukankah nanti justru menghambat perkembangan toko online. Bagaimana menurut anda?

Saya sepenuhnya sadar bahwa perkembangan Butik Naya pelan tapi progresif. Yang kita pelajari selama berdirinya Butik Naya adalah perjalanan para enterpreneur lain di sekitar kami yang istilahnya seperti popping. Seperti botol soda yang dikocok kemudian meledak dengan cepat, namun tenggelam dengan cepat. Mereka jadi lemah di tengah perjalanan karena kurang menyiapkan sistem. Di Butik Naya, kita ingin meningkatkan dulu pondasinya. Misalnya kita tidak akan membuka agen seperti zoya.butiknaya.com, elzatta.butiknaya.com sebelum kami tahu kalau Facebook kami mencapai reach yang maksimal. Mending pelan-pelan saja namun sustain dibanding tergesa-gesa lalu popping.

Mungkin bisa diceritakan fungsi dari penerapan sistem ini di pengalaman Butik Naya?

Kami pernah suatu ketika kehilangan 5 gadget BlackBerry. Yang saya permasalahkan bukan gadgetnya. Namun ada 50 ribu kontak di dalamnya yang otomatis ikut hilang. Dalam waktu 2 minggu saja, pendapatan kami kemudian ngedrop hingga jadi 10%. Website kami juga nggak sekali dua kali dihack. Namun karena risk management kami sudah siap, maka kami bisa dengan cepat bangkit.

"Menjalankan bisnis itu seperti meniti seutas tali di tengah jurang. Ketika kita tidak hati-hati, sebuah hantaman saja akan menjatuhkan kita."

Apa rencana Butik Naya di masa depan?

Kita sudah menyelesaikan setiap urusan formalitas dan aturan bisnis online di Indonesia. Seri terbaru pun kita ikuti semua aturannya. Begitu pula dengan menyiapkan risk management. Apa yang masih kurang di kami adalah promosi. Kami justru belum pernah melakukan promosi. Apalagi SEO. Asumsi kami adalah menjaga customer yang sudah ada jauh lebih baik daripada menarik banyak klien, namun melayani mereka dengan setengah-setengah. Karena sistem kita sudah siap, maka sekarang saya bisa bilang kalau kita siap untuk menjajaki promosi.

Dengan pergerakan yang pelan tapi progresif, Apa prestasi terbaik yang pernah diraih Butik Naya?

Kami tidak pernah beriklan, jadi saya tidak bisa cerita banyak. Tapi, paling nggak saya berani bilang bahwa dalam progress 5 tahun ini, meskipun pelan namun progresif, kami sudah teruji melalui berbagai hantaman. Kami ada sampai saat ini karena sistem kami yang telah teruji.

Begitu pula dengan loyalitas karyawan. Ketika dulu kami mengalami krisis saat pendapatan kami ngedrop hingga jadi 10%, mereka justru bilang tidak apa-apa jika mereka dibayar setengah dulu. Saya bangga karena karyawan saya bisa seperti karyawan Zappos yang memiliki ownership yang tinggi pada perusahaan.

Anda dan istri pasti sangat mengagumi Zappos?

Istri saya mengagumi sosok enterpreneur Tony Hsieh, pendiri Zappos. Enterpreneur adalah pekerjaan yang diimpikan istri saya. Yaitu bagaimana dia bisa bekerja dalam lingkungan yang happy, santai, tapi penuh dengan kreativitas. Tony Hsieh dalam buku "Delivering Happiness" menulis cerita yang di dalamnya sangat mirip dengan perjalanan kami. Banyak petunjuk dan kata kunci yang diberikan di dalamnya. Misalnya kami tidak segan menyewa teman jurusan Ekonomi untuk menjelaskan yang tidak kami pahami, atau belajar dari kultur happiness Zappos, maka meja kerja mereka boleh memasang foto keluarganya atau lukisan yang disukainya. Ketika kita melayani karyawan dengan baik, maka mereka akan melayani konsumen dengan baik.

Saran terbaik yang dapat anda berikan seputar enterpreneur?

Belajarlah secara serius seperti ilmuwan. Jangan hanya di permukaannya saja apalagi sebatas motivasi saja. Anda harus punya komitmen yang tinggi. Karena perjalanan itu penuh dengan batu kerikil. Seringkali hal ini terjadi di teman-teman kami. Fenomena popping. Atau ketika ada yang masih bertahan tapi kembali lagi ke model konvensional. Siapkan dulu sistemnya, baru kemudian jalankan promosinya.

Super sekali, terimakasih Pak Rahmat atas insight bisnis yang luar biasa. Semoga Butik Naya semakin sukses di masa depan :-)



Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | RFID | Amazon Affiliate


sumber : Media Bisnis Online Indonesia

Baca selengkapnya di --> Pentingnya Membangun Sistem bagi Rahmat Gustomy & Devini Fera Mengembangkan Butik Naya



Share Artikel ini! »»

0 comments:

Post a Comment