Ketika seseorang mendengar istilah sampah akan segera terlintas di dalam benaknya sesuatu yang kotor, bau tak sedap, menjijikkan sesuatu yang tidak memiliki nilai ekonomis dan harus segera dimusnahkan.
Pendapat seperti ini wajar sebab sampah hanya dilihat dari sisi negatif yang ditimbulkan oleh sampah. Persoalan sampah semestinya selamanya menjadi musuh yang perlu dikhawatirkan asalkan dikelola dengan bijak. Hal ini karena sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari kebijakan, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaanya. Banyak kota-kota besar didunia yang sukses mengelola sampah sebut saja Vancouver, Kawasaki, Singapura dan Zabbaleen di Kairo.Konon, kota yang terakhir disebut tadi telah mampu memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan memberikan lapangan pekerjaan bagi 40,000 orang. Wah, hebatkan?
Sayangnya pengelolaan sampah selama ini baru sebatas pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan. Sampah-sampah tersebut hanya menjadi onggokan sampah yang terus menggunung di tempat-tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal Undang-undang nomor 18 tahun 2008 telah memberikan warning agar semua daerah segera menutup TPA. Hal inilah meniscayakan adanya terobosan sistem pengelolaan sampah yang baik dengan tetap mempertimbangkan kearifan lokal di yang berkembang pada satu daerah tertentu.
Berangkat dari persoalan tersebut dibutuhkan peran serta menyeluruh, mulai dari tingkat hulu (sumbersampah) hingga pemerintah maupun pihak lain untuk mengatasi masalah sampah itu secara bersama-sama. Di tingkat hulu misalanya, warga harus selalu didorong agar memiliki tanggungjawab terhadap sampahnya masing-masing, karena masyarakat menjadi komponen penting yang tidak boleh dibaikan dalam pengelolaan sampah. Mereka harus berpikir keras agar sampah tidak langsung keluar rumah, tapi mencoba mengelolanya secara mandiri, misalnya dengan model 4R; Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Replace(Mengganti). Langkah ini dijamin akan mampu meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi. di samping itu volume sampah yang diangkut ke TPA akan jauh berkurang.
Sementara itu, sampah yang tidak mungkin dikelola secara swadaya masyarakat menjadi tanggungjawab pemerintah. Pemerintah dituntut memfasilitasi adanyapenerapan teknologi inovatif yang bisa digunakan untuk mengolah dan mengelola sampah yang tertumpuk di TPA. Upaya ini akan terlihat lebih mudah, jika pemerintah mau bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi yang ada di masing-masing wilayah.
Terakhir, yang tak kalah pentingnya adalah pemerintah harus mendorong dan kalau memungkin membuat semacam perda yang bisa mendorong Industri-industri memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dengan hasil produk yang bisa didesain ulang. Dengan demikian produk-produk yang mereka hasilkan memudahkan proses daur-ulang dan berimbas pada ramahnya lingkungan. Prinsip ini juga berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. mukliisin
sumber : bersahabat dengan sampah
Baca selengkapnya di --> bersahabat dengan sampah
Share Artikel ini! »»
|
|
Tweet |
0 comments:
Post a Comment