Friday 21 March 2014

Shopious.com adalah sebuah platform yang menggabungkan konsep berjualan online dan bersosial media. Platform yang diciptakan oleh Aditya Aditama Herlambang(25) dan juga Billy Halim(28) ini memang diperuntukan bagi pebisnis online yang menggunakan sosial media seperti Instagram dan Facebook untuk memudahkan mereka dalam berjualan. Sebagai lulusan B.S Computer Science(University of Arizona) dan M.S Management Information System(University of Arizona), Aditya mengatakan jika dunia digital startup di Indonesia masih sangatlah mudah jika dibandingkan dengan Silicon Valley, tempat dia bekerja sebelumnya. Kini bersama rekannya Aditya sukses menjadi enterpreneur di Indonesia dan juga membantu para enterpreneur lain untuk mensukseskan toko online mereka. Nah untuk mengetahui kisah selengkapnya, berikut ini uraian interview tim Mebiso dengan Aditya Aditama:

shopious

Selamat sore Bapak Adit, Bisa diceritakan sedikit mengenai apa itu Shopious?

Shopious adalah sebuah fashion online shop aggregator. Maksudnya adalah kita mengumpulkan toko-toko online yang berjualan di social media (Instagram dan Facebook) di satu tempat. Seperti yang kita ketahui banyak sekali toko online yang berjualan lewat social media, terutama Instagram sekarang. Namun kebanyakan permasalahannya adalah bagaimana pembeli dapat menemukan toko tersebut. Dengan platform Instagram sekarang kita hanya bisa menemukan toko tersebut apabila teman kita ada yang like atau follow barang dari toko tersebut. Hal ini tentunya sangat terbatas.

Dengan adanya Shopious, toko – toko online yang ada di social media ini bisa mendapatkan pelanggan yang jauh lebih banyak lagi karena sekarang tidak terbatas hanya pada jaringan social media saja, tetapi juga mendapatkan exposure yang lebih dari website kita. Website kita saat ini dikunjungi oleh ribuan orang setiap harinya.

Bagaimana latar belakang terciptanya ide untuk membuat sebuah platform untuk toko online ini?

Latar belakangnya yaitu pada saat itu kita memang sedang mencari-cari toko online di Instagram dan kita menyadari betapa banyaknya toko online yang ada. Pada saat kita melakukan pencarian toko-toko tersebut kita juga menyadari bahwa salah satu kesulitan yang di alami oleh toko adalah untuk mendapatkan penjual baru. Pada saat yang bersamaan toko-toko ini juga malas untuk mengupload barang ke platform berjualan yang ada (Tokopedia, Tokobagus, Rakuten ,etc), dikarenakan mereka tidak punya waktu. Oleh karena itu kita buatlah Shopious, dimana mereka tidak perlu mengupload barang yang mereka per-dagangkan , tetapi mereka cukup upload barangnya dari Instagram saja dan otomatis akan tampil di website kita. Tidak repot, mudah, dan simpel.

Kita saat ini kebanyakan memasarkan lewat jaringan Instagram sendiri dan lewat referral program. Jadi seller yang sudah ada di Shopious merefer ke teman-temannya yang juga memiliki toko online untuk bergabung.

Lalu bagaimana Bapak menyeimbangkan antara harga dengan kualitas yang akan diterima pelanggan nantinya?

Ketika menentukan harga, kita selalu melihat dulu harga apa yang ada di pasaran. Dari sana kita biasanya menaruh harga yang lebih murah dari pasaran untuk awal-awal untuk menarik perhatian dari customer kita. Kita tidak akan menaikkan harga jika customer kita belum merasa bahwa harga tersebut pantas bagi customer. Dengan cara ini kita tahu bahwa antara harga dan kualitas bisa lebih seimbang.

Oh iya sebelumnya, bisa diceritakan terlebih dulu, bagaimana cerita Anda saat awal masuk ke dunia enterpreneur ini?

Pada awalnya waktu itu saya sedang bekerja di Silicon Valley, Amerika Serikat, di sebuah startup news reader bernama Pulse News. Saat itu saya memang berencana suatu hari nanti untuk kembali ke tanah air dan memulai tech startup saya sendiri. Salah satu jalan untuk memuluskan rencana saya tersebut adalah dengan belajar di pusatnya startup yaitu di Silicon Valley. Setelah 1.5 tahun bekerja di Pulse kemudian Pulse tidak lama kemudian di akuisisi oleh LinkedIn. Sesudah itu saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memulai Shopious bersama teman kuliah saya Billy. Pada waktu itu Billy sempat memiliki online shop bersama partnernya dan kebetulan juga sedang mencari peluang bisnis baru.

Menjadi seorang enterpreneur di Indonesia dan meninggalkan kehidupan di Amerika, pengorbanan terbesar apa saja yang pernah Anda lakukan untuk menjadi seorang enterpreneur ini?

Mungkin pengorbanan besar dari saya adalah meninggalkan high paying job dan kehidupan yang sudah lumayan enak di Amerika Serikat. Tetapi saya memang suka menchallenge diri saya sendiri setiap saat, karena bosan juga hidup dan kerja di Amerika yang begitu-begitu saja, sedangkan di Indonesia masih banyak tantangan dan peluangnya.

Jika dibandingkan dengan bisnis platform lain, apa yang membedakan Shopious dengan yang lainnya?

Perbedaan yang terbesar dengan platform beriklan lainnya seperti TokoBagus dan Tokopedia ada pada simplicity produk kami. Kami tahu bahwa mentalitas orang Indonesia itu 'mau bayar dan terima jadi'. Nah jadi di Shopious ini mereka cukup membayar 35 ribu rupiah sebagai biaya membership perbulannya dan kita akan menampilkan produk foto kamu di website kami. Hasil yang mereka terima adalah kontak info calon pembeli yang akan kita laporkan ke mereka setiap saat.

Sejauh ini prestasi terbaik apa saja yang pernah diraih bisnis Anda?

Mungkin jika ditanya prestasi, kami cukup bangga dengan website kami saat ini ranking alexanya sudah pada posisi 2900 dimana beberapa bulan lalu ada pada posisi 15000an

Bagaimana Anda menilai ruang lingkup market yang sekarang?

Dunia digital startup di Indonesia masih sangatlah muda dibandingkan dengan Silicon Valley. Masih banyak sekali permasalahan yang dihadapi mulai dari regulasi pemerintah, sistem pembayaran yang belum memadai, sampai pada sosialisasi ke masyarakat umum. Semua ini butuh waktu dan kerjasama antar pemain industry startup agar bisa berkembang. Tantangannya kebanyakan pemain digital ini mereka egois dan mau menang sendiri, sehingga agak menghambat pertumbuhan dengan cepat.

Lalu rencana ke depan seperti apa yang akan Anda lakukan untuk mengembangkan bisnis ini?

Untuk saat ini kita hanya mengumpulkan toko-toko online dari Instagram saja, tetapi di tahun ini kita akan ekspansi ke Facebook juga. Kita akan menambahkan segmentasi pengkategorian produk juga agar calon pembeli lebih mudah menemukan produk yang di cari. Seiring dengan perkembangan waktu kita juga melihat semakin banyak user yang mengakses website kita dari mobile. Jadi kita akan lebih focus untuk mengembangkan mobile web application di tahun ini.

Menurut Anda, siapa tokoh yang jadi memotivasi Anda untuk menjadi seorang enterpreneur?

Steve Jobs merupakan salah satu tokoh yang saya pandang sebagai entrepreneur. Quote yang paling membekas dan memberi saya motivasi setiap harinya adalah: "Your time is limited, so don't waste it living someone's else's life. Don't be trapped by dogma which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others opinions drown you out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition".

Wah, untuk yang terakhir nih Pak, saran terbaik apa yang dapat Anda berikan kepada para enterpreneur di luar sana?

Jangan cepat menyerah jika ingin menjadi seorang entrepreneur. Thomas Alfa Edison gagal selama 999 kali ketika dia menemukan bohlam lampu dan dia berhasil ketika mencoba ke 1000 kalinya. Ini merupakah syarat mutlak untuk menjadi entrepreneur adalah memiliki mental yang tahan banting.

Saran terakhir adalah sebagai entrepreneur kita harus bisa focus. Sebuah perusahaan yang kecil memiliki resources atau sumber daya yang terbatas, oleh karena itu kita harus tau benar sumber daya tersebut mau difokuskan untuk apa. Ini adalah kunci kesuksesan dari sebuah startup.

Wah, terimakasih banyak Pak sudah mau berbagi cerita mengenai kisah Shopious. Semoga Shopious selalu dan semakin suskes ;-)



Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Wordpress


sumber : Media Bisnis Online Indonesia

Baca selengkapnya di --> Shopious.com, Platform Jualan Online dengan Konsep Bersosial ala Aditya Herlambang dan Billy Halim



Share Artikel ini! »»

0 comments:

Post a Comment