Dalam cara pandang lama yang kita banyak
dengar dan anut sebagai orang Timur yang penuh sopan santun dan tata
krama, kita sering menerapkan metode penyampaian kritik dengan
menyamarkannya bersama pujian. Misalnya kita sampaikan pujian atau
berita baiknya dulu, lalu diikuti dengan berita buruk atau kritikan,
lalu diakhiri dengan pujian kembali. Mulai saat ini Anda perlu mengkaji ulang efektivitas metode penyampaian kritik seperti demikian.
Saat
Anda harus memberikan kritik tentang hasil pekerjaan seseorang, akan
lebih baik jika Anda menyampaikannya dengan terbuka daripada harus
membungkusnya dengan sikap diplomatis. Sebisa mungkin Anda hindari untuk
mencampuradukkan kritik dengan pujian seperti apa yang dilakukan banyak
orang yang tidak ingin dimusuhi oleh orang yang dikritiknya.
Mengapa demikian? Karena akan mudah bagi
si penerima kritik untuk merasakan kebingungan saat menerima pesan
Anda. Jika Anda menyampaikannya dengan cara diplomatis yang menyamarkan
pesan kritis di dalamnya, kemungkinan ia tidak tahu bagaimana harus
memfokuskan reaksinya. Apakah berpuas diri, berbangga diri atau harus
cepat-cepat memperbaiki diri?
Dan meskipun jika Anda masih merasa
sulit untuk meninggalkan cara lama mengkritik yang peuh pertimbangan,
sesuai konteks, dan seimbang serta objektif, Anda harus fokus penuh pada
pesan inti, yaitu perbaikan kinerja yang kurang sesuai harapan atau
pesan inti Anda akan kabur dan hilang begitu saja tanpa dimengerti si
penerima. Sering kali inilah yang menjadi aspek terpenting dalam sesi
pemberian masukan, jadi jangan sampai Anda mengacaukannya.
(HBR/*Akhlis)
sumber : Jangan Samarkan Kritik
Baca selengkapnya di --> Jangan Samarkan Kritik
Share Artikel ini! »»
|
|
Tweet |
0 comments:
Post a Comment