Tuesday 25 February 2014

Dari majalah marketeers Juli 2013 , Iwan Setiawan Chief Executive of Markplus Consulting menjelaskan bahwa Marketing dan finance adalah dua dari beberapa pilar utama organisasi. Bedanya, finance punya proses audit yang ketat untuk memastikan tidak ada yang melenceng. Marketing, di sisi lain, kebanyakan mengandalkan 'feeling' untuk diagnosa kinerja.

Tiga mitos dan realitas marketing tersebut adalah :

1. Pertama

Mitos

Marketing audit bertujuan untuk mengevaluasi Key Prformance Indicator ( KPI ) organisasi pemasaran.

Realitas

Identifikasi akar permasalahan praktik pemasaran yang kurang optimal adalah tujuan utama, pencapaian KPI bukan terpenting.
Banyak perusahaan yang menggunakan marketinng audit untuk keperluan taktis, hanya untuk metode pengukuran efektivitas pemasaran. Sayangnya, praktik ini punya pengeruh negatif secara psikologis. Organisasi cenderung menjadi defensif dan tidak mau membuka diri untuk melihat masalah sebenarnya.

Kekeliruan ini harus diperbaiki. Analogikan dengan pergi ke dokter. Tujuan seseorang yang sakit ke dokter bukan semata untuk mendapat rapor tekanan darah atau hasil lab yang bagus. Orang tersebut ingin mengetahui penyakitnya dan karena itu berbicara dengan jujur kepada dokter tentang semua gejala yang dialami.

Dengan marketing audit, Anda bisa menjadi dokter perusahaan Anda sendiri. Syaratnya Cuma jujur dalam mengidentifikasi titik lemah pemasaran.

2. Kedua

Mitos

Karena tujuan marketing audit adalah perbaikan kinerja internal organisasi pemasaran, seluruh elemen pemasaran yang diaudit harus membaik dari tahun ke tahun

Realitas

Marketing audit fokus pada perbaikan di elemen – elemen kunci pemasaran, yang bisa berbeda di setiap sektor industri. Membaca hasil marketing audit bisa sangat misleading. Sebagai contoh, skor 80 dari 100 tidakmenjadi bagus jika pesaing mempunyai skor 90. Atau, skor 90 tidak punya arti jika sisa skor 10 yg gagal diraih adalah komponen yang paling penting di industri tersebut. Perusahaan, sayangnya tidak menggunakan benchmark nilai pesaing atau megecek komponen penting diindustri tetapi secara sederhana hanya membanding dengan skor tahun lalu. Tidak seperti KPI, benchmark dari marketing audit bukanlah hasil tahun – tahun sebelumnya.Fokus di pertumbuhan skor berarti terlalu fokus di perspektif internal organisasi tetapi melupakan perspektif eksternal (pesaing dan pelanggan).

Marrketing audit fokus hanya pada elemen – elemen kunci spesifik di setiap industri. Untuk mengetahui elemen yag peting, Anda tentunya harus sangat memahami industri dimana Anda bersaing, baik dari pengalaman maupun dari riset pemasaran

3. Ketiga

Mitos

Marketing audit memastikan perusahaan perusahaan memenuhi standar – standar baku pemasaran yang sudah ditetapkan.

Realitas

Tidak seperti financial audit yang memastikan perusahaan memenuhi stanndar compliance tertentu, marketing audit memancing perusahaan untuk menemukan diferensisasi dari standar.

Financial audit atau audit financial statements memang merupakan audit yang paling populer. Secara sistematis, laporan keuangan perusahaan diperiksa dan diverifikasi untuk memastikan laporan tersebut menggambarkan kondisi sesuangguhnya. Biasanya dilakukan pihak ketiga yang independen Kata audit dalam marketing audit harus di redefisini. Audit bukan berarti mencari kesalahan, melainkan pencarian celah untuk membentuk diferensiasi yang lebih kuat.

So, Are You Ready ?

Baca juga:

10 Statistik untuk Menunjang Upaya Marketing Bisnis Anda

Belajar Marketing dari Seorang Bapak Loper Koran. Kenapa Tidak?

7 Cara Menyegarkan Kembali Kegiatan Marketing Anda



Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | RFID | Amazon Affiliate


sumber : Media Bisnis Online Indonesia

Baca selengkapnya di --> 3 Mitos dan Realitas Marketing Audit



Share Artikel ini! »»

0 comments:

Post a Comment