Wednesday 25 June 2014








Menjadi
pengusaha boleh jadi merupakan mimpi sebagian besar orang saat ini.
Pengusaha bisa mengelola usaha secara mandiri dengan jam kerja yang
fleksibel. Kesempatan untuk mengeksplorasi bisnis hingga bernilai
maksimal juga terbuka luas. Bandingkan dengan nasib karyawan perusahaan
yang dibatasi oleh hierarki jabatan dan jenjang karier.



Namun, di balik segala keistimewaan, tersimpan banyak tantangan yang
menghadang para pengusaha. Salah satu yang sering menjadi permasalahan,
terutama di kalangan para pemula, adalah pengaturan keuangan.



Sering sekali pengusaha dengan omzet yang mulai menanjak tiba-tiba
kelabakan karena tidak mencatat keuangan secara tertib. Itulah
pengalaman Reza Andriadi, pemilik sebuah usaha penerbitan di Jakarta
Selatan. Pada awal merintis usaha dulu, Reza mencampur aduk keuangan
bisnis dan pribadi. Masalah muncul saat Reza harus mengurus perpajakan.
“Pusing karena pencatatan aset dan utang selama ini telanjur nyampur,”
cerita dia.



Membereskan soal itu ternyata cukup menguras tenaga. Prospek usahanya
juga terancam. Sebab, tanpa menyelesaikan urusan pajak dia bisa
mengikuti tender proyek penerbitan sebuah instansi pemerintah. Runyam,
bukan?



Pentingnya memiliki pembukuan keuangan usaha yang tertib juga muncul
dari pengalaman Rochadi Ariawan, pemilik Klinik Gigi Dentaris di
Jakarta. Sebenarnya dia telah memisahkan rekening pribadi dan bisnis.
Meski begitu, tetap saja dia tersandung masalah ketika usaha yang dia
rintis sempat kekurangan modal. “Saya tidak memiliki dana cadangan untuk
usaha, sehingga terpaksa membobol tabungan pribadi dan berutang ke
saudara,” cerita dia.



Antisipasi masalah
Cerita serupa juga dikisahkan
oleh Alpha Satriakusuma, pemilik usaha konstruksi Prajja Indonesia.
Kendati cukup rajin mencatat arus kas usaha, rupanya Alpha tidak
menyisihkan sebagian pendapatan usahanya untuk cadangan biaya
operasional. Ujung-ujungnya, ketika terdesak kebutuhan dana tambahan
untuk operasional, Alpha terpaksa menambalnya dengan berutang ke
kerabat.



Mencari tambahan sumber dana untuk mendukung masalah permodalan,
merupakan hal wajar dalam bisnis. Justru para usahawan yang berhasil
kebanyakan menemui puncak kesuksesan lewat dukungan permodalan besar
dari bank.



Namun, akan menjadi hal yang kurang sedap ketika kendala bisnis yang
Anda hadapi mengemuka hanya karena hal yang cenderung “sepele”.
Misalnya, akibat kemalasan Anda menertibkan keuangan bisnis.



Mencampur rekening usaha dengan rekening pribadi, tidak tertib
mencatat arus keluar masuk dana, nilai aset bisnis tidak terdokumentasi
dengan lengkap, bisa menjadi penyebab ketersendatan usaha Anda.



Lantas, bagaimana cara mengatur keuangan yang tepat bagi para
pebisnis agar kantong pribadi aman dan usaha lancar? Simak strategi yang
dibagi oleh perencana keuangan berikut:



Pisahkan rekening
Memisahkan rekening pribadi
dengan rekening bisnis wajib dilakukan oleh pengusaha level apa pun.
Selain terlihat lebih profesional, dengan rekening yang berbeda, Anda
bisa mudah melacak arus keluar masuk dana di bisnis Anda. “Manfaatkan
produk tabungan khusus pebisnis yang banyak tersedia di perbankan,” kata
Farah Dini, perencana keuangan Janus Consulting seperti dilansir Kontan.co.id.



Beberapa produk rekening bisnis di perbankan sudah dilengkapi fitur
pendukung pengorganisasian keuangan pebisnis. Semua transaksi perbankan
secara otomatis tercatat dengan rapi. Kita bisa melacak arus keluar
masuk dana berikut sumber dan tujuan masing-masing, hingga beberapa
periode ke belakang.



Oh, iya, pemisahan rekening juga berarti memisahkan pula penggunaan
kartu kredit pribadi dengan kartu kredit untuk keperluan bisnis.



Tertib administrasi akan memudahkan Anda memantau kondisi kesehatan
keuangan bisnis. Kita bisa tahu arus kas yang sebenarnya, daya tahun
likuiditas, nilai aset, tingkat penjualan, hingga laba atau kerugian
usaha secara tepat.



Dengan begitu, Anda bisa lebih sigap menentukan langkah pengembangan
bisnis karena memiliki bahan untuk menimbang kondisi keuangan
perusahaan. Anda juga bisa lebih cepat mengantisipasi manakala di tengah
jalan usaha menemui kesulitan keuangan.



Ini telah dipraktikkan oleh Rochadi. Pencatatan tetek bengek keuangan
yang terkait bisnis terbukti membantu Rochadi mengetahui pos-pos mana
yang bisa dia hemat dan pos mana yang berpotensi menggelembungkan biaya.
Dengan mengetahui kondisi keuangan, dia bisa mengambil langkah konkret
supaya kondisi usaha kian baik.



Sebagai contoh, dia bisa melakukan efisiensi pengeluaran melalui
penekanan pungutan liar hingga pemilihan peralatan pendukung usaha yang
lebih berkualitas supaya lebih awet. “Cara ini terbukti ampuh mengatasi
masalah keuangan usaha tanpa perlu berimbas pada keuangan pribadi,” ujar
dia.



Susun direktori
Pada dasarnya, pengaturan
keuangan bisnis tidak berbeda dengan keuangan pribadi. Anda tetap harus
menyiapkan dana darurat, biaya operasional, proteksi, juga pos
investasi, dalam perencanaan keuangan bisnis.



Yang sedikit berbeda adalah jenis pos-pos kebutuhan. Dalam keuangan
bisnis, mungkin ada pos biaya pembayaran pemasok, biaya penjualan,
pendapatan usaha, pos gaji karyawan. Juga, kewajiban usaha berupa
cicilan bank, dan sebagainya.



Adapun penyediaan dana darurat kegiatan bisnis bisa Anda sisihkan
dari pendapatan usaha per bulan. Untuk dana darurat, Freddy Pileoor,
perencana keuangan MoneynLove Financial Planning and Consulting. bilang,
idealnya sebesar dua kali sampai tiga kali lipat biaya operasional
bisnis. Besar dana cadangan bisa berbeda-beda tergantung pada sektor
usaha.



Sejalan dengan saran itu, Rochadi biasa menyisihkan dana cadangan
sebesar enam kali pengeluaran bulanan. “Saya selalu mencadangkan sekitar
10% sampai 20% dari pendapatan,” imbuh Alpha.



Lain lagi soal investasi usaha. Dalam penataan keuangan pribadi,
tujuan investasi adalah mencapai tujuan tertentu, seperti mengumpulkan
dana pendidikan atau dana pensiun. Pada keuangan bisnis pos investasi
diarahkan untuk mendukung pengembangan bisnis. “Misalnya, untuk pos
ekspansi usaha isinya pembelian mesin baru,” kata Dini.



Buat proyeksi
Keuangan bisnis tak cuma
membutuhkan tertib administrasi. Supaya pengelolaan keuangan juga tepat,
para perencana keuangan menyarankan agar Anda juga membuat proyeksi
anggaran bulanan dan tahunan. “Hitung pengeluaran dalam enam bulan,
setahun hingga 3 tahun ke depan,” saran Freddy lagi,



Dia menjelaskan, langkah ini akan membantu Anda mengukur kemampuan
kas usaha dalam mendanai biaya operasional dalam jangka pendek dan
menengah. Asumsikan pula pendapatan usaha per bulan atau kinerja
penjualan.



Dengan memiliki proyeksi anggaran bulanan, Anda bisa terbantu
berdisiplin memakai dana di kas usaha. Tanpa batasan anggaran, hal itu
sulit diwujudkan. Selain itu, sebagai pengusaha Anda lebih siap
mengantisipasi kondisi keuangan bisnis tanpa khawatir imbasnya bagi
keuangan pribadi.



Manajemen laba
Hal paling mengasyikkan menjadi
seorang pengusaha atau wirausahawan adalah potensi pendapatan yang tak
terbatas. Kendati untuk mencapai itu semua, upaya serta risiko yang
harus Anda tanggung juga sepadan.



Nah, setelah bisa disiplin menerapkan tertib administrasi keuangan,
penting juga bagi Anda menjalankan manajemen laba yang tepat. Pengalaman
Alpha menunjukkan, manajemen laba yang kurang tepat berisiko menggoyang
bisnis. Akibat memperlakukan keuntungan usaha sekadar sebagai dana kas,
dia sempat kelabakan mencari tambahan modal saat kondisi kas mendadak
tiris.



Oleh sebab itu, dari setiap keuntungan yang Anda peroleh, silakan
bagi ke dalam pos-pos lagi. “Setelah dipotong seluruh biaya, sebagian
keuntungan bisa menjadi gaji Anda dan sisanya bisa diinvestasikan lagi
untuk bisnis,” ujar Dini.



Selamat, kalau selama ini sudah rapi menata keuangan usaha dan
pribadi. Sebuah kendala perjalanan bisnis sudah mampu Anda taklukkan.
Sebaliknya, jika tata keuangan Anda masih gaya warung rokok pinggir jalan seadanya,
sebaiknya segera berbenah. Tak kurang contoh, pengusaha sukses jatuh
bangkrut gara-gara tak rapi menata keuangan mereka. (as)




Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Wordpress | rfid blocking wallet sleeves


sumber : Berbisnis Tak Cuma Sekadar Mendongkrak Omzet

Baca selengkapnya di --> Berbisnis Tak Cuma Sekadar Mendongkrak Omzet



Share Artikel ini! »»

0 comments:

Post a Comment